Rabu, 18 Januari 2012

"Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ

"Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (1) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
恭喜發財 = "selamat dan semoga banyak rejeki", dibaca:
"Gōngxǐ fācái" (bahasa Mandarin)
"Kung hei fat choi" (bahasa Kantonis)
"Kiong hi huat cai" (bahasa Hokkien)
"Kiong hi fat choi" {bahasa Hakka)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (2) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
“Tak ada satupun di dunia yang bisa dicapai tanpa kemauan keras. Penguasaan setiap keahlian berasal dari kemauan kuat.” (Wang Yang ming, pengajaran tradisional umum)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (3) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Hati nurani yang bersih tidak pernah takut pada ketukan pintu tengah malam. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (4) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Di tengah-tengah kesenangan, jangan mebuat janji kepada seseorang. Ditengah-tengah kemarahan, jangan menjawab surat seseorang.(peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (5) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Laki-laki adalah kepala keluarga, wanita adalah leher yang menggerakkan kepala itu.(peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (6) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Jangan lakukan semua yang anda bisa, jangan belanjakan semua yang anda punya, jangan percaya semua yang anda dengar dan jangan mengatakan semua yang anda tahu.(peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (7) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Awal kebijaksanaan adalah memanggil sesuatu dengan namanya yang benar.(peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (8) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Kesuksesan pada saat akhir menghapus semua kesalahan sepanjang jalannya.(peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (9) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Hidup adalah jalan di waktu tidur, kematian adalah pulang ke rumah. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (10) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Kebijaksanaan membuat mereka beradaptasi dengan lingkungan, seperti air mengikuti bentuk tempatnya. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (11) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Saya dengar dan saya lupa. Saya lihat dan saya ingat. Saya melakukan dan saya mengerti. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (12) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Atasilah satu kesulitan maka anda akan terhindar dari ratusan kesulitan lain. (periabahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (13) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Beri saya seekor ikan dan saya makan selama satu hari. Ajari saya memancing dan saya akan makan seumur hidup. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (14) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Jika anda ingin melihat masa lalu, lihat keadaan anda sekarang. Jika anda ingin mengetahui masa depan - lihat tindakan anda sekarang. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (15) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Jika anda ingin anak anda memiliki kehidupan yang damai, biarkan mereka menderita sedikit kelaparan dan kedinginan. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (16) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Jika seseorang hanya mengerjakan apa yang diminta darinya, Ia adalah seorang budak. Jika seseorang melakukan lebih dari yang diminta dari nya, dia adalah seorang yang bebas. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (17) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (18) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Ketika kita melihat orang-orang dengan karakter yang bertentangan dengan kita, kita seharusnya melihat dan menilai karakter diri kita sendiri. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (19) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Orang-orang yang kuat mencari sesuatu (potensi) di dalam dirinya sendiri. Sementara orang yang lemah mencari sesuatu (potensi) pada diri orang lain. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (20) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Keberhasilan terbesar kita bukanlah karena tidak pernah gagal, tetapi bagaimana kita bangkit setiap kali kita mengalami kegagalan. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (21) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Waktu terbaik untuk menanam pohon adalah sepuluh tahun yang lalu, waktu terbaik lain adalah sekarang. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (22) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Jangan tanya apa yang negara Anda bisa lakukan untuk Anda, tapi tanyakan apa yang bisa Anda lakukan untuk negara Anda. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (23) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Orang-orang yang bertanya akan terlihat seperti orang bodoh untuk satu menit, tetapi orang-orang yang tidak bertanya akan menjadi orang bodoh selamanya. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (24) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Orang mulia menyalahkan dirinya, orang bodoh menyalahkan orang lain. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (25) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat mewujudkan perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkati. (peribahasa China)


“Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.” (26) : اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَلَوْ في الصِّينِ
Dengan uang anda dapat membeli jam tetapi tidak dapat membeli waktu.
Dengan uang anda dapat membeli buku tetapi tidak dapat membeli pengetahuan.
Dengan uang anda dapat membeli dokter tetapi tidak dapat membeli kesehatan.
Dengan uang anda dapat membeli darah tetapi tidak dapat membeli hidup.
Dengan uang anda dapat membeli seks tetapi tidak dapat membeli cinta.
Dengan uang anda dapat membeli tempat tidur tetapi tidak dapat membeli istirahat. (peribahasa China)

Selasa, 17 Januari 2012

Ilmu Ikhlas

Ilmu Ikhlas (1)
Seorang pemuda, ahli amal ibadah datang ke seorang Sufi. Sang pemuda dengan bangganya mengatakan kalau dirinya sudah melakukan amal ibadah wajib, sunnah, baca Al-Qur’an, berkorban untuk orang lain dan kelak harapan satu satunya adalah masuk syurga dengan tumpukan amalnya.
Bahkan sang pemuda tadi malah punya catatan amal baiknya selama ini dalam buku hariannya, dari hari ke hari.
“Saya kira sudah cukup bagus apa yang saya lakukan Tuan…”
“Apa yang sudah anda lakukan?”
“Amal ibadah bekal bagi syurga saya nanti…”
“Kapan anda menciptakan amal ibadah, kok anda merasa punya?”
Pemuda itu diam…lalu berkata,
“Bukankah semua itu hasil jerih payah saya sesuai dengan perintah dan larangan Allah?”“Siapa yang menggerakkan jerih payah dan usahamu itu?”
“Saya sendiri…hmmm….”
“Jadi kamu mau masuk syurga sendiri dengan amal-amalmu itu?”
“Jelas dong tuan…”
“Saya nggak jamin kamu bisa masuk ke syurga. Kalau toh masuk kamu malah akan tersesat disana…”
Pemuda itu terkejut bukan main atas ungkapan Sang Sufi.
“Mana mungkin di syurga ada yang tersesat. Jangan-jangan tuan ini ikut aliran sesat…” kata pemuda itu menuding Sang Sufi.
“Kamu benar. Tapi sesat bagi syetan, petunjuk bagi saya….”
“Toloong diperjelas…”“Begini saja, seluruh amalmu itu seandainya ditolak oleh Allah bagaimana?”
“Lho kenapa?”
“Siapa tahu anda tidak ikhlas dalam menjalankan amal anda?”
“Saya ikhlas kok, sungguh ikhlas. Bahkan setiap keikhlasan saya masih saya ingat semua…”
“Nah, mana mungkin ada orang yang ikhlas, kalau masih mengingat-ingat amal baiknya? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda masih mengandalkan amal ibadah anda? Mana mungkin anda ikhlas kalau anda sudah merasa puas dengan amal anda sekarang ini?”
Pemuda itu duduk lunglai, pikirannya melayang membayang bagaimana soal tersesat di syurga, soal amal yang tidak diterima, soal ikhlas dan tidak ikhlas.
Dalam kondisi setengah frustrasi, Sang sufi menepuk pundaknya.
“Hai anak muda. Jangan kecewa, jangan putus asa. Kamu cukup istighfar saja. Kalau kamu berambisi masuk syurga itu baik, tapi, kalau kamu tidak bertemu dengan Sang Tuan Pemilik dan Pencipta syurga bagaimana? Kan sama dengan orang masuk rumah orang, tapi tidak berjumpa dengan tuan rumah, pasti ada kekecewaan disana?”
“Saya harus bagaimana tuan…”“Mulailah menuju Sang Pencipta syurga, maka seluruh nikmatnya akan diberikan kepadamu. Amalmu bukan tiket ke syurga. Tapi ikhlasmu dalam beramal merupakan wadah bagi ridlo dan rahmat-Nya, yang menarik dirimu masuk ke dalamnya…” 

Ilmu Ikhlas (2)
Rasulullah saw pernah berkisah, "Manusia yang mula-mula ditanya di hari Kiamat adalah tiga orang; pertama adalah orang yang diberi Allah ilmu pengetahuan. Pada waktu itu Allah bertanya, "Apakah yang sudah kamu perbuat dengan ilmu yang engkau ketahui itu?"
Orang yang berilmu tersebut menjawab,"Ya Rabbi, dengan ilmu hamba itu, hamba bangun di tengah malam (untuk salat malam) lalu hamba berjaga di tepi siang (untuk mengajarkan ilmu kepada orang yang memerlukannya)."
Allah berfirman, "Engkau dusta!"
Malaikatpun berkata, "Engkau dusta! Engkau lakukan semua itu hanyalah supaya engkau disebut sebagai orang alim". Memang yang demikianlah perkataan orang terhadap dirinya.
Orang kedua adalah seorang laki-laki yang Allah beri harta kekayaan, maka Allah bertanya, "Engkau telah kami beri amanah harta, apakah yang sudah engkau perbuat dengan harta itu?"
Dia menjawab, "Ya Rabbi, harta benda itu semuanya telah hamba sedekahkan pada tengah malam dan siang hari."
Allah berfirman, "Engkau dusta!"
Malaikat pun berkata, "Engkau dusta! engkau lakukan semua itu hanyalah supaya engkau dikatakan sebagai seorang dermawan". Memang yang demikianlah yang dikatakan orang terhadap dirinya.
Orang ketiga adalah laki-laki yang terbunuh dalam perang mempertahankan agama Allah, maka Allah bertanya, "Apakah yang telah engkau kerjakan?"
Ia menjawab, "Ya Rabbi, Engkau suruh hamba berjihad, maka pergilah hamba ke medan perang, lalu
hamba mati terbunuh".
Allah pun berkata, "Engkau dusta!"
Malaikat pun berkata, "Engkau dusta! Engkau terbunuh karena memang engkau tidak siap untuk mati dan kalau pun engkau terbunuh engkau berharap mendapat gelar pahlawan."
Maka benarlah hadist Rasulullah yang mengatakan, "Barangsiapa yang berpuasa dengan iman dan keikhlasan maka dosa-dosa (kecilnya) yang lalu akan diampuni Allah."
Sangat tidak nyaman jika seandainya dalam melakukan sesuatu ada nilai-nilai yang membuat unsur pamrih di dalamnya. Untuk itu, banyak orang yang sering mengucapkan kata ikhlas, namun aplikasinya yang tidak mudah dilakukan.
Sebenarnya, ilmu ikhlas ada dalam buku, namun pada praktiknya ia sangat sulit untuk dilaksanakan. Kenapa? Karena ini berhubungan dengan kebersihan dan kesucian hati. Bila hati kita masih ada rasa ingin dipuja dan dipuji, maka lunturlah nilai ikhlas itu.
Lalu bagaimana kita merasakan bahwa hati kita ini sudah ikhlas? Yaitu bahwa ikhlas itu tidak menyertakan kepentingan pribadi ataupun imbalan duniawi dari apa yang dapat ia lakukan. Tujuannya hanya satu yakni agar apa yang ia lakukannya diterima Allah SWT. 

Ilmu Ikhlas (3)
“Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah.”
Niat adalah pengikat a
mal. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi teramat sangat penting dan akan membuat hidup ini menjadi lebih mudah, indah dan jauh lebih bermakna.
Amal kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah?
Ya, sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan Allah akan mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan yang dilakukan bukan karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni dosanya kecuali jika ia bertaubat darinya
Secara bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.
Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain. Memurnikan niatnya dari kotoran yang merusak.
Seorang sahabat dengan mimik serius mengajukan sebuah pertanyaan,“Ya kekasih Allah, bantulah aku mengetahui perihal kebodohanku ini. Kiranya engkau dapat menjelaskan kepadaku, apa yang dimaksud ikhlas itu?“
Nabi SAW, kekasih Allah yang paling mulia bersabda,“Berkaitan dengan ikhlas, aku bertanya kepada Jibril a.s.apakah ikhlas itu?Lalu Jibril berkata,“Aku bertanya kepada Tuhan yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah ikhlas itu sebenarnya?“ Allah SWT yang Mahaluas Pengetahuannya menjawab,“Ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Kucintai.“
dari sini jelas bahwa rahasia ikhlas itu diketahui oleh hamba-hamba Allah yang dicintai-Nya. Untuk mengetahui rahasia ikhlas kita tidak lain harus menggali hikmah dari kaum arif, salafus shaalih dan para ulama kekasih Allah.
Sehingga ikhlas berarti bermaksud menjadikan Allah sebagi satu-satunya sesembahan. Keikhlasan berarti menyucikan amal-amal perbuatan dari campur tangan sesama makhluk, dan keikhlasan berarti melindungi diri sendiri dari urusan individu manusia. 

ilmu ihklas (4)
belajar ikhlas itu bisa dimulai dari aktifitas makan dan minum
tanamkan di niat, pikiran dan perilaku kita - bahwa LAPAR itu adalah perintah Alloh secara pribadi kepada kita untuk makan, dan KENYANG itu adalah perintah Alloh secara pribadi kepada kita untuk berhenti makan
oleh karena itu jangan lupa berdoa sebelum makan - dan makanlah sambil duduk - makanlah bila sudah lapar dan berhentilah makan ketika merasa kenyang
tanamkan di niat, pikiran dan perilaku kita - bahwa HAUS itu adalah perintah Alloh secara pribadi kepada kita untuk minum - maka berdo'alah sebelum minum dan jangan minum sambil berdiri
sedangka GALAU itu adalah perintah Alloh secara pribadi kepada kita agar kita segera mangambil air wudlu - sucikan jiwa kita dari hadast - karena itu berarti jiwa kita sedang haus
dan STRES itu adalah pertanda bahwa jiwa kita sedang kelaparan - yaitu perintah Alloh secara pribadi kepada kita untuk segera memperbaiki sholat kita - karena bisa jadi sholat kita selama ini kurang bergizi 

ilmu ihklas (5)
syukurilah apapun yg telah kau dapat dan tetap bersabarlah untuk terus berusaha sebaik2nya apapun resikonya

ilmu ihklas (6)
adanya tidak didahului - ada berikutnya bila tidak dipaksakan

ilmu ihklas (7)
faqir

Kamis, 05 Januari 2012

Ini Naqli-ku mana Aqli-mu

Ini Naqli-ku mana Aqli-mu (1)
TENTANG SENDA GURAU DAN PERMAINAN
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : ”Segala sesuatu yang di dalamnya tidak mengandung dzikrullah merupakan perbuatan sia-sia, senda gurau, dan permainan, kecuali empat (perkara), yaitu senda gurau suami dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang.”(HR. An-Nasai, lihat Silsilah shahih : 309).
"Setiap sesuatu yang tidak termasuk mengingat Allah, ia merupakan permainan yang sia-sia kecuali empat hal ; seorang lelaki berjalan di antara dua tujuan (untuk memanah), melatih berkuda, bermesraan dengan keluarga, dan mengajarinya berenang." (Hadis Riwayat At-Thabrani)
--------------
apakah berarti olahraga yang mendapat pahala itu hanya berkuda, memanah, dan berenang?

Ini Naqli-ku mana Aqli-mu (2)
TENTANG Menjama' SHOLAT
Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjama antara Zhuhur dan Ashar jika berada dalam perjalanan, juga menjama antara Maghrib dan Isya. (HR Bukhari)
Dari Muadz bin Jabal bahwa Rasululloh SAW apabila beliau melakukan perjalanan sebelum matahari condong (masuk waktu sholat zuhur), maka beliau mengakhirkan sholat zuhur kemudian menjamaknya dengan sholat ashar pada waktu ashar, dan apabila beliau melakukan perjalanan sesudah matahari condong, beliau menjamak sholat zuhur dan ashar (pada waktu zuhur) baru kemudian beliau berangkat. Dan apabila beliau melakukan perjalanan sebelum magrib maka beliau mengakhirkan sholat magrib dan menjamaknya dengan sholat isya, dan jika beliau berangkat sesudah masuk waktu magrib,maka beliau menyegerakan sholat isya dan menjamaknya dengan sholat magrib. (Hadits Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).
--------
Dengan semakin majunya alat transportasi dan banyaknya Masjid bertebaran dimana2 di pinggir jalan apakah hadist2 ini masih berlaku?

Ini Naqli-ku mana Aqli-mu (3)
TENTANG mengqodlo' SHOLAT
Sholat yang ditinggalkan karena lupa atau ketiduran wajib diqadla' sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alayhi wasallam :
Maknanya : "Barang siapa lupa tidak melakukan sholat tertentu maka laksanakanlah jika ia ingat, tidak ada tanggungan atasnya kecuali qadla' tersebut" (H.R. Muslim)
Dalam redaksi lain, Rasulullah bersabda :
Maknanya: "Barang siapa lupa tidak melakukan sholat tertentu atau tertidur maka kaffarahnya adalah melaksanakannya jika ia ingat" (H.R. Muslim)
Jika sholat yang ditinggalkan karena lupa atau ketiduran wajib diqadla' apalagi sholat yang ditinggalkan dengan sengaja lebih wajib diqadla'. Ini juga masuk ke dalam keumuman hadits Nabi yang sahih:
Maknanya : "Hutang kepada Allah lebih layak untuk dibayar (qadla')"
--------
bagaimanakah cara mengqodlo' sholat?

Ini Naqli-ku mana Aqli-mu (4)
TENTANG wajib BERJENGGOT
Sabda Rasululloh :
“Cukurlah kumis dan panjangkanlah jenggot, berbedalah dengan orang-orang majusi.” (riwayat Muslim)
“Sepuluh perkara termasuk fitrah, yaitu : mencukur kumis, memelihara jenggot, mamakai siwak, mamasukkan air ke dalam hidung (ketika berwudhu), memotong kuku, …” (riwayat Muslim)
“Akan tetapi Tuhanku memerintahkan kepadaku agar memelihara jenggotku dan mencukur kumisku.” (hadits hasan riwayat Ibnu Jarir).
DAN
Firman Allah :
“…Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu tinggalkanlah …” (Al-Hasyr : 7)
“Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah” (QS an Nisa’:64).
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah” (QS an Nisa’: 80).
-------
Apakah orang2 yang tak berjenggot harus menggunakan obat penumbuh jenggot?

Ini Naqli-ku mana Aqli-mu (5)
TENTANG HUKUM ISLAM
Hadits diriwayatkan al-Thabrani (lihat: al-Mu’jam al-Kabir, Juz 15), hal 96. : “Dari Muadz ibn Jabal ra bahwa Nabi Saw ketika mengutusnya ke Yaman, Nabi bertanya: “Bagaimana kamu jika dihadapkan permasalahan hukum? Ia berkata: “Saya berhukum dengan kitab Allah”. Nabi berkata: “Jika tidak terdapat dalam kitab Allah” ?, ia berkata: “Saya berhukum dengan sunnah Rasulullah Saw”. Nabi berkata: “Jika tidak terdapat dalam sunnah Rasul Saw” ? ia berkata: “Saya akan berijtihad dan tidak berlebih (dalam ijtihad)”. Maka Rasul Saw memukul ke dada Muadz dan berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah sepakat dengan utusannya (Muadz) dengan apa yang diridhai Rasulullah Saw”
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Qs.4:59)
--------
bagaimanakah penerapan hukum di Indonesia menurut anda?


Minggu, 01 Januari 2012

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (1)
Berkumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung sebelum berwudhu).
Ketika berwudhu, banyak orang yang tidak berkumur dan istinsyaq. Ada pula yang hanya berkumur tetapi tidak melakukan istinsyaq. Padahal dua-duanya merupakan sunnah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Abdullah bin Zaid meriwayatkan tentang cara berwudhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, "berkumur dan istinsyaq dari satu telapak tangan. Beliau melakukan hal itu tiga kali." (HR. Al Bukhari dan Muslim)

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (2)
Berwudhu sebelum mandi dari hadats besar.
Jarang orang memperhatikan tata cara mandi dari hadats besar menurut tuntunan sunnah. Dalam benak mereka, yang terpikir hanyalah bagaimana bisa menghilangkan hadats besar. Adapun menurut sunnah, di antaranya adalah mengawali mandi tersebut dengan berwudhu. Secara rinci cara mandi dari hadats besar menurut tuntunan Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam dijelaskan dalam hadits Aisyah Radhiallahu Anha; "Sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bila mandi dari jinabat, memulai dengan mencuci kedua tapak tangannya, lalu berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian memasukkan jari-jari beliau ke dalam air dan dengannya beliau menyelanyela akar rambutnya, lalu menyiram kepalanya dengan tiga kali cidukan dari kedua tangannya, lalu menyiram seluruh kulit (tubuhnya)." (HR. Al Bukhari)

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (3)

manfaat shalat sunnah di rumah.
Shalat sunnah di rumah adalah tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Melakukannya berarti menghidupkan dan meneladani sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Ia lebih menjaga keikhlasan hati dari sikap riya' dan ingin dipuji orang.
Shalat sunnah di rumah dengan sendirinya mengajarkan cara sh
alat yang benar kepada anggota keluarga, terutama kepada isteri dan anak-anak.
Ibnu Umar Radhiallahu Anhuma berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Lakukanlah sebagian shalat-shalat (sunnah)mu di dalam rumah, dan jangan jadikan rumah-rumahmu sebagai kuburan." (HR. Al Bukhari) Aisyah Radhiallahu Anha berkata: "Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam shalat empat rakaat di rumahku sebelum shalat Zhuhur, kemudian keluar dan shalat bersama para Sahabat. Kemudian masuk (rumah lagi) lalu shalat dua rakaat. Beliau shalat Maghrib bersama para Sahabat, kemudian masuk (rumah) dan shalat (sunnah) dua rakaat. Beliau shalat Isya' bersama para Sahabat, kemudian masuk rumahku, lalu shalat (sunnah) dua rakaat." (HR. Muslim) Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata: "Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melakukan sebagian besar shalat sunnahnya di dalam rumah. Terutama ba'diyah Maghrib. Tidak ada satu riwayatpun yang mengatakan bahwa beliau pernah melakukannya di dalam masjid."

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (4)
Mendatangi shalat dengan tenang.
Bila iqomat telah dikumandangkan, atau shalat jama'ah telah didirikan kita banyak menyaksikan orang-orang berlarian untuk mendapatkan ruku' bersama imam. Di samping jauh dari sunnah, perbuatan itu mengakibatkan pelakunya tidak bisa khusyu', dan mengganggu mereka yang sedang shalat. Untuk menanggulangi hal tersebut, hendaknya kita datang berjamaah lebih awal, yang dengan begitu kita bisa melakukan perbuatan sunnah yang lain. Shalat sunnah qabliyah, misalnya. Petunjuk cara mendatangi shalat berjamaah telah diberikan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Beliau bersabda: "Bila shalat telah didirikan, jangan mendatanginya dengan tergesa-gesa, tetapi datanglah dengan berjalan secara tenang. Apa yang kamu dapatkan maka shalatlah dan apa yang kamu ketinggalan darinya maka sempurnakanlah." (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (5)
Rasulullah SAW bersabda : ”Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dan orang yang tidak berdzikir, seperti ORANG YG HIDUP dan ORANG YG MATI” (HR. Bukhari)
Dzikrullah memiliki daya hidup. Menghidupkan dan menyemangati jiwa yang rapuh, melapangkan jiwa yang sempit serta membangkitkan keyakinan bagi yang mengalami kelelahan dalam menjalani kehidupan.
maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat, INGATLAH AKU DI WAKTU BERDIRI, DUDUK maupun BERBARING ….” (QS. An-Nisa : 103)
”Karena itu, INGATLAH KALIAN PADA-KU, niscaya Aku pun akan ingat pada kalian…” (QS. Al-Baqarah : 152)
”INGATLAH TUHANMU SEBANYAK-BANYAKNYA dan BERTASBIHLAH dengan memuji Tuhanmu di waktu petang dan pagi ” (QS. Ali-Imran : 41)
maka sebaiknya kita berusaha tetap selalu berDZIKIR mengingat Alloh meski kita sedang bekerja atau sedang belajar, meski sedang melihat televisi atau melihat sepakbola, apalagi bila kita sedang berkendara di jalan raya

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (6)
makan dan minum sambil berdiri
Dari Anas dan Qatadah, Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri, Qotadah berkata:”Bagaimana dengan makan?” beliau menjawab: “Itu kebih buruk lagi”. (HR.Muslim dan Turmidzi)
bersabda Nabi dari Abu Hurairah,”Jangan kalian minum sambil berdiri ! Apabila kalian lupa, maka hendaknya ia muntahkan !” (HR. Muslim)
Dr. Abdurrazzaq Al-Kailani berkata: “Minum dan makan sambil duduk, lebih sehat,lebih selamat, dan lebih sopan, karena apa yang diminum atau dimakan oleh seseorang akan berjalan pada dinding usus dengan perlahan dan lembut. Adapun minum sambil berdiri, maka ia akan menyebabkan jatuhnya cairan dengan keras ke dasar usus, menabraknya dengan keras, jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam waktu lama maka akan menyebabkan melar dan jatuhnya usus, yang kemudian menyebabkan pernah sekali minum sambil disfungsi pencernaan. Begitu pula makan sambil berjalan, sama sekali tidak sehat, tidak sopan, tidak etis dan tidak pernah dikenal dalam Islam dan kaum muslimin.

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (7)
Menghormati tamu
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, muliakan-lah tamunya." (HR Muslim).
Dalam riwayat lain, terdapat tambahan kata, "Penyambutan terbaik diberikan sehari semalam, sedangkan waktu penyambutan (penjamuan) adalah tiga hari. Penyambutan di luar itu adalah sedekah." (HR Bukhari dari Abi Syuraih).
Para pakar hadis, seperti Ibn Hajar al-Asqalani, Imam al-Nawawi, dan juga al-Manawi, sependapat bahwa menghormati tamu tergolong adab Islam, akhlak para nabi, dan tata krama orang-orang mulia. Para ahli hukum Islam, seperti Imam Malik, Imam Syafii, dan Abu Hanifah, memandang bahwa memuliakan tamu sebagai sunah, sementara al-Laits dan Imam Ahmad melihatnya sebagai wajib.
jadi di sini kelihatan kalau bat`san seorang tamu adalah bila bertamunya kurang dari tiga hari - bila lebih dari 3x24 jam berarti bukan lagi tamu dan harus lapor RT setempat
(^_^)

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (8)
Menyingkirkan Duri dari jalan
ketika aku melewati Struble Trap di depan masjid - aku jadi ingat beberapa sunnah berikut :
Dari Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., beliau bersabda: "Saya melihat ada seseorang yang bersenang-senang di dalam surga karena ia memotong dahan yang berada di atas jalan di mana dahan itu mengganggu kaum muslimin".(Riwayat Muslim).
Dalam riwayat yang lain dikatakan: "Ada seseorang yang berjalan kemudian mendapatkan dahan pokok yang berada di atas jalan kemudian ia berkata: "Demi Allah, saya akan menyingkirkan dahan ini karena bisa mengganggu kaum muslimin", kemudian ia dimasukkan ke dalam surga". Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dikatakan: "Pada suatu saat ada seseorang berjalan kemudian ia mendapatkan dahan duri di jalan itu kemudian ia menyingkirkannya, maka Allah memuji orang itu dan mengampuni dosa-dosanya”.

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (9)
Menutupi malu sang tuan rumah
saat aku bertamu dan disuguh kopi - tiba2 ada seekor lalat hinggap di kopiku - sang tuan rumah kebingungan dan malu - maka buru2 kucelupkan sekalian lalat itu kedalam kopiku - kemudian kuangkat dan kubuang - setelah itu kopinya kuminum dengan senyum
saat itu aku teringat sunnah berikut :
Yazid meriwayatkan kepada kami, Ibnu Abî Dzi`b meriwayatkan kepada kami, dari Sa’îd bin Khâlid beliau berkata : Aku datang mengunjungi Abū Salamah dan beliau menghidangkan kepada kami bubur dan gandum, lalu seekor lalat jatuh pada makanan, namun Abū Salamah malah mencelupkan lalat itu dengan telunjuknya. Saya berkata : “Wahai paman, apa yang anda lakukan?”, beliau menjawab : “Sesungguhnya Abū Sa’îd al-Khudrî mengabarkan kepadaku dari Rasūlullâh Shallâllâhuu ‘alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda : “Sesungguhnya pada salah satu sayap lalat terdapat racun dan pada sayap lainnya obat. Apabila seekor lalat jatuh pada makanan, maka celupkanlah, karena ia akan mendahulukan mengeluarkan racun dan mengakhirkan mengeluarkan obat.”

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (10)
saling mengucap salam
ada seorang teman bertanya : bagaimana hukumnya mengucap atau menjawab salam pada teman non muslim?
maka kukatakan bahwa Rosululloh Muhammad SAW ketika berkirim surat kepada raja-raja dunia yang bukan muslim. Surat-surat nabi itu dimulai dengan basmalah dan salam. Lengkapnya berbunyi: salamun 'alaa man ittaba'al-huda (salam kepada orang yang mengikuti petunjuk).
dahulu ada seorang yahudi yang memberi salam kepada nabi dengan ucapan: 'assaamu 'alaika ya Muhammad'. Dan kata assaamu artinya kematian. Kata ini pelesetan dari 'assalaamu 'alaikum'. Maka nabi berkata, "Kalau orang kafir mengatakan padamu assaamu 'alaikum, maka jawablah dengan wa 'alaikum."
Dan syeikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa seandainya mereka memberi salam dengan lafadz yang benar seperti 'assalamu 'alaikum', maka kita wajib membalasnya dengan lafadz yang sama.

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (11)
Sunnah2 saat senja tiba
Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bila hari telah senja laranglah anak-anak keluar rumah, karena ketika itu setan berkeliaran. Dan bila sudah masuk sebagian waktu malam maka biarkanlah mereka. Tutuplah pintu dan sebut nama Allah, karena setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup (dengan menyebut nama Allah). Tutup semua kendi kalian dengan menyebut nama Allah dan tutuplah bejana kalian dengan menyebut nama Allah, sekalipun dengan membentangkan sesuatu di atasnya, dan padamkan lentera kalian (ketika hendak tidur).” (HR. Al-Bukhari no. 5623 dan Muslim no. 3756)

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (12)
Bernafas dan meniup dalam bejana
hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang untuk menghirup udara di dalam gelas (ketika minum) dan meniup di dalamnya.” (HR. At Tirmidzi)
maka sebaiknya selalu berhenti saat mau mengirup atau melepas udara nafas - sebagaimana yang dilakukan oleh Rosululloh Muhammad SAW
Dari Anas radhiallahu anhu dia berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bernafas tiga kali ketika minum. Beliau bersabda, “Itu lebih melegakan, lebih bersih, dan lebih bermanfaat.” (HR. Al-Bukhari no. 5631 dan Muslim no. 2028)

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (13)
Setia berdua bersama istri (sarimbit)
Anas mengatakan bahwa tetangga Rasulullah SAW -seorang Persia- pintar sekali membuat masakan gulai. Pada suatu hari dia membuatkan masakan gulai yang enak untuk Rasulullah SAW. Lalu dia datang menemui Rasululiah SAW untuk mengundang makan beliau. Beliau bertanya: “Bagaimana dengan ini? (maksudnya Aisyah).” Orang itu menjawab: “Tidak.” Rasulullah SAW berkata: “(Kalau begitu) aku juga tidak mau.” Orang itu kembali mengundang Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya: “Bagaimana dengan ini?” Orang itu menjawab: “Tidak.” Rasulullah kembali berkata: “Kalau begitu, aku juga tidak mau.” Kemudian, orang itu kembali mengundang Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. kembali bertanya: “Bagaimana dengan ini?” Pada yang ketiga kalinya ini orang Persia itu mengatakan: “Ya.” Akhirnya mereka bangun dan segera berangkat ke rumah laki-laki itu.” (HR Muslim)

mengingat kembali amalan sunnah yang mulai pudar (14)
Menyayangi dan menghormati istri
Diriwayatkan oleh Aisyah ra, nabi SAW adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)
Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).
Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)